SF Turbo 1 dapat digunakan untuk segala jenis mesin, baik mesin kendaraan bermotor, mesin industri dan alat berat yang bekerja secara langsung ke bagian dalam mesin dengan cara melapisi dinding - dinding mesin dan menjaga mesin dari kerusakan.
PELUMAS ( OLI ) NABATI
Seperti yang telah kita ketahui bahwa berdasarkan bahan baku (base oil) pelumas itu dibuat, dapat di kelompokan menjadi :
- Pelumas mineral yang berasal dari minyak bumi. Mineral yang terbaik digunakan untuk pelumas mesin-mesin diesel otomotif, kapal, dan industri.
- Pelumas sintetik, yaitu pelumas yang bukan berasal dari nabati ataupun mineral. Minyak pelumas ini berasal dari suatu bahan yang dihasilkan dari pengolahan tersendiri. Pada umumnya pelumas sintetik mempunyai sifat-sifat khusus, seperti daya tahan terhadap suhu tinggi yang lebih baik daripada pelumas mineral atau nabati, daya tahan terhadap asam, dll
- Pelumas nabati, yaitu yang terbuat dari bahan lemak binatang atau tumbuh-tumbuhan. Sifat penting yang dipunyai pelumas nabati ini ialah bebas sulfur atau belerang, tetapi tidak tahan suhu tinggi, sehingga untuk mendapatkan sifat gabungan yang baik biasanya sering dicampur dengan bahan pelumas yang berasal dari bahan minyak mineral, biasa disebut juga compound oil.
Klasifikasi umum NSF H-1 : Secara Umum pelumas tersebut mempunyai sifat : Tidak berwarna, Tidak berbau, tidak berasa, dapat larut dalam air atau alkohol, tidak berpijar/ mengeluarkan cahaya, netral (pH=7), dan tidak mengandung paraffin pada suhu 0 derajat celcius.
Klasifikasi Gemuk H-1 yang di perbolehkan hanya yang mengandung Aluminum stearate, Aluminum Complex, Organo clay dan poly urea. (dengan syarat dan ketentuan yang berlaku oleh FDA)
Klasifikasi H-1 artinya pelumas dapat di pakai dalam proses/ aplikasi , sebaiknya jangan menyentuh makanan. tetapi kalaupun itu mengenai makanan additive yang dipakai harus dalam daftar FDA ( Food and Drug Administration ) titel 21 mengenai approved ingredients list). kalau di Indonesia BPOM. !!!!
Klasifikasi H-2 artinya pelumas tidak dapat/tdak boleh bersentuhan dengan makanan, tetapi kontak / bersentuhan dengan mesin produksi. (dibutuhkan spesial pelumas yang dipakai).
Klasifikasi H-3 artinya pelumas dapat di makan, contohnya untuk melumasi kait dading sapi / ayam di RPH (tapi dengan syarat dan ketentuan yang sangat ketat)
Bahan dasar (Base oil) dapat terbuat dari : Canola (lobak), Soy bean (kacang kedelai ), Bunga matahari dan jagung.
Kekurangan dari sifat Base oils Vegetable ini antara lain : Harganya masih mahalll, ketahanan terhadap oksidasi (Jika di panaskan, cepat berubah warna), additive yang dapat terurai masih langka dan perfomance (ketangguhannya)...jika di pakai di mesin kali yak...lah ini buat makanan kok , kagak perlu yang kuat perfomancenya ??
Ada beberapa tahapan penyulingan dari bahan mentah menjadi bentuk Base oil antara lain seperti gambar di bawah ini :
Pada tahun 2005 pelumas nabati di perkirakan hanya 2% dari total pemakaian pelumas dunia. selain di industri makanan pelumas nabati sudah di pakai dalam mesin dua langkah, roda kereta api dan sistim hidraulik.
Bagaimana perbandingan spesifikasinya dengan pelumas yang di buat dari mineral ?? nih liat deh . zzz
1. Dapat Mengemat Biaya Perawatan Mesin
2. Memunculkan Tenaga Turbo
3. Menjaga Mesin Seperti Baru
4. Tanpa Timbal dan Karbon
5. Dapat Menghemat Bahan Bakar Minyak ( BBM )
6. Menurunkan Emisi Gas Buang
7. Ramah Lingkungan
video : Pembuktian Penggunaan Pelumas Nabati SF Turbo 1
minyakzamzamoil13@gmail.com zzz
Saat ini jamak ditemukan klaim pelumas "synthetic", "semi synthetic" maupun "full synthetic". Banyak yang menilai pelumas "synthetic" jauh lebih bagus dibanding pelumas "semi synthetic", apalagi jika dibandingkan dengan pelumas biasa alias pelumas mineral. Benarkah?
"Belum tentu demikian. Bahkan tidak semua pelumas dengan klaim "synthetic" memiliki kualitas sama. Asumsikan aditifnya identik sekalipun, jenis dan persentase kandungan base oil sintetik dari pelumas tersebut yang akan menentukan kualitas akhir pelumas", jawab Mia, Lubricants Product Developer Pertamina Lubricants saat berbincang dengan detikOto di Lubricants Product Development Laboratory di area Pertamina Plumpang, Jakarta Utara belum lama ini.
Untuk diketahui, sebuah pelumas terdiri dari minyak dasar (base oil) dan aditif. Perbedaan pelumas sintetik dan pelumas mineral adalah pada minyak dasar (base oil)-nya. Pelumas mineral menggunakan base oil mineral yang diolah dari minyak mentah (crude oil) di kilang pengolahan minyak.
"Sementara secara teknis, pelumas sintetik menggunakan base oil sintetik yang berasal dari proses sintesa suatu zat untuk mendapatkan bahan dasar pelumas dengan keunggulan tertentu jika dibandingkan dengan base oil ex pengolahan crude oil. Misalnya, base oil sintetik jenis PAO atau ester," jelas Mia.
Mia lebih jauh menjelaskan bahwa American Petroleum Institute (API), salah satu organisasi yang juga membuat standar pelumas, mengklasifikasikan base oil menjadi 5 kategori/group. Base oil mineral berada di kategori Group I sampai Group III, sementara base oil Group IV dan V disebut sebagai base oil sintetik.
"Tapi, karena sifat dan proses pengolahan base oil Group III yang membuat base oil tersebut sangat murni dan sangat berbeda dengan material aslinya (raw), maka hampir seluruh produsen pelumas di dunia sekarang memasarkan pelumas dengan base oil Group III sebagai pelumas sintetik," ujar Mia.
"Untuk Pertamina Lubricants, kami sangat berhati-hati dalam persoalan klaim ini. Jika Pertamina Lubricants menggunakan klaim pelumas fully synthetic, maka jenis base oil yang digunakan adalah benar–benar base oil Group IV atau group V. Jadi benar-benar base oil unggul yang berasal dari proses sintesa, bukan crude oil based," jelas Mia.
"Sementara, sebagaimana banyak produsen lainnya, untuk pelumas dengan bahan dasar base oil Group III kami sebut synthetic, tanpa kata 'fully'. Untuk pelumas berbahan dasar campuran base oil Group I, II dan III dengan batasan rasio tertentu kami klaim sebagai semi-synthetic," tambahnya.
Selain klasifikasi mineral atau sintetik dari base oil yang digunakan, hal lain yang juga berpengaruh pada kualitas pelumas adalah persentasenya. Misalnya, jika base oil sintetik yang digunakan hanya 10% dari total base oil yang dikandung suatu pelumas, tentunya pelumas tersebut secara teknis tidak layak menggunakan klaim "synthetic".
Karenanya, penting bagi konsumen untuk memilih produsen pelumas yang benar-benar punya integritas. Jangan sampai tergiur klaim, iklan atau harga murah saja, karena setelah menjadi pelumas akan cukup sulit bagi konsumen awam mengetahui kandungan base oil yang sebenarnya.
"Produsen yang berintegritas pasti tidak mau merugikan nama baiknya dengan menggunakan klaim yang tidak mewakili isi sebenarnya", tutup Mia.
(rgr/lth)
Mia lebih jauh menjelaskan bahwa American Petroleum Institute (API), salah satu organisasi yang juga membuat standar pelumas, mengklasifikasikan base oil menjadi 5 kategori/group. Base oil mineral berada di kategori Group I sampai Group III, sementara base oil Group IV dan V disebut sebagai base oil sintetik.
"Tapi, karena sifat dan proses pengolahan base oil Group III yang membuat base oil tersebut sangat murni dan sangat berbeda dengan material aslinya (raw), maka hampir seluruh produsen pelumas di dunia sekarang memasarkan pelumas dengan base oil Group III sebagai pelumas sintetik," ujar Mia.
"Untuk Pertamina Lubricants, kami sangat berhati-hati dalam persoalan klaim ini. Jika Pertamina Lubricants menggunakan klaim pelumas fully synthetic, maka jenis base oil yang digunakan adalah benar–benar base oil Group IV atau group V. Jadi benar-benar base oil unggul yang berasal dari proses sintesa, bukan crude oil based," jelas Mia.
"Sementara, sebagaimana banyak produsen lainnya, untuk pelumas dengan bahan dasar base oil Group III kami sebut synthetic, tanpa kata 'fully'. Untuk pelumas berbahan dasar campuran base oil Group I, II dan III dengan batasan rasio tertentu kami klaim sebagai semi-synthetic," tambahnya.
Selain klasifikasi mineral atau sintetik dari base oil yang digunakan, hal lain yang juga berpengaruh pada kualitas pelumas adalah persentasenya. Misalnya, jika base oil sintetik yang digunakan hanya 10% dari total base oil yang dikandung suatu pelumas, tentunya pelumas tersebut secara teknis tidak layak menggunakan klaim "synthetic".
Karenanya, penting bagi konsumen untuk memilih produsen pelumas yang benar-benar punya integritas. Jangan sampai tergiur klaim, iklan atau harga murah saja, karena setelah menjadi pelumas akan cukup sulit bagi konsumen awam mengetahui kandungan base oil yang sebenarnya.
"Produsen yang berintegritas pasti tidak mau merugikan nama baiknya dengan menggunakan klaim yang tidak mewakili isi sebenarnya", tutup Mia.
(rgr/lth)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar